Selasa, 30 September 2014

Ulah Temen SekelasKU_XII IPA 1 hehe


SENI MUSIK_hehe


KIR SNBI TEPUNG LABU



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam baik yang hayati maupun yang non-hayati. Terdapat beberapa macam tumbuhan yang tidak dapat ditemukan di negara lain seperti buah labu. Di negara lain, buah labu hanya digunakan sebatas untuk pelengkap hari Hallowen. Namun di negara kita, buah labu dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Buah labu dapat digunakan untuk pelbagai jenis makanan dan cita rasanya enak. Daunnya berfungsi sebagai sayur dan bijinya bermanfaat untuk dijadikan kuaci. Air buahnya berguna sebagai penawar racun binatang berbisa, sementara bijinya menjadi obat cacing pita.
 Untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduk Indonesia yang hidup dalam lingkungan yang majemuk, memiliki anekaragam kebudayaan dan sumber pangan spesifik, strategi pengembangan pangan perlu diarahkan pada potensi sumber           daya wilayah. Banyak bahan pangan lokal Indonesia yang mempunyai potensi gizi dan komponen bioaktif yang baik, namun belum termanfaatkan secara optimum. Salah satu penyebabnya adalah keterbatasan pengetahuan masyarakat akan manfaat komoditas  pangan      tersebut.
               Penelitian tentang karakterisasi dan potensi pemanfaatan komoditas pangan minor masih sangat sedikit dibandingkan komoditas pangan utama, seperti padi dan kedelai. Labu kuning atau waluh (Cucurbita moschata), yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai pumpkin, termasuk dalam komoditas pangan yang pemanfaatannya masih            sangat terbatas. Tanaman labu tumbuh merambat dengan daun yang besar dan berbulu. Pucuk daun dan daun muda dapat digunakan sebagai bahan sayuran yang lezat, bisa dimakan sebagai sayuran bersantan, oseng-oseng, atau gado-gado. Selain daun, bagian dari tanaman ini yang memiliki nilai ekonomi dan zat gizi terpenting adalah buahnya.
Walaupun tanaman labu kuning dipercaya berasal dari Ambon (Indonesia), budi daya tanaman tersebut secara monokultur dan besar-besaran belum lazim dilakukan oleh masyarakat kita. Tingkat konsumsi labu kuning di Indonesia masih sangat           rendah,            kurang dari 5kg per kapita per tahun
Konsumsi labu kuning mencapai puncak pada bulan puasa. Sebab, komoditas ini sangat cocok untuk diolah menjadi kolak, yang umumnya menjadi menu utama pada bulan tersebut. Buah labu dapat digunakan sebagai sayur, sup, atau desertai dengan bahan lain. Masyarakat umumnya memanfaatkan labu yang masih muda sebagai sayuran (lodeh, asem-asem, brongkos).
Olahan tradisional yang paling dikenal dari labukuningialahkolak. Buah yang sudah tua digunakan sebagai campuran dalam membuat bubur Manado dan sayur bayam ala Sulawesi Selatan. Labu kuning setelah dikukus dapat dibuat aneka makanan tradisional, seperti dawet, lepet, jenang, dodol, dan lain-lain. Sesuai namanya, labu kuning mempunyai warna kuning atau jingga akibat kandungan karotenoidnya yang sangat tinggi. Itulah sebabnya air perasan labu kuning sering digunakan sebagai pewarna alami dalam pengolahan berbagai makanan            tradisional. Tepung labu juga sering dicampurkan ke dalam berbagai produk olahan untuk mendapatkan warna kuning. Karotenoid dalam buah labu sebagian            besar   berbentuk       betakaroten.
               Air perasan buah dipercaya dapat mengobati luka akibat racun binatang. Sekitar 500-800 biji segar tanpa kulit bisa digunakan sebagai obat pembasmi cacing pita pada orang dewasa. Kadang-kadang diberikan sebagai obat emulsi (diminum beserta obat pencahar), setelah dicampur dengan air. Pengobatan demikian amat berkhasiat dan            aman   tanpa   efek     sampingan.
                Biji labu dikenal sebagai Semen Cucurbitae, yang kaya minyak dan dapat digunakan sebagai obat cacing pita. Kegunaan lain labu kuning adalah untuk obat digigit serangga berbisa (daging buah dan getahnya), disentri, dan sembelit.
Labu kuning juga dapat digunakan untuk penyembuhan radang, pengobatan ginjal, demam, dan diare. Berdasarkan pemanfaatan labu kuning secara empiris dan turun-temurun untuk berbagai pengobatan, diduga komoditas ini mempunyai berbagai komponen bioaktif yang perlu dibuktikan secara ilmiah.
Selain manfaat-manfaat diatas, sebetulnya masih ada banyak manfaat lain dari buah labu baik yang sudah diketahui maupun belum oleh orang banyak. Salah satunya adalah pembuatan tepung dengan bahan baku buah labu kuning. Dengan menilik berbagai manfaat yang disebutkan diatas maka penulis mencoba melakukan penelitian tentang pembuatan tepung dengan bahan baku buah labu kuning. Dengan harapan hasil penelitian ini dapat bermanfaat.

B.     Perumusan Masalah
            Dari urain diatas, penulis dapat merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, antara lain :
a.       Bagaimana kandungan gizi  yang terkandung dalam buah labu kuning ?
b.      Apakah buah labu kuning dapat dijadikan salah satu alternatif bahan pangan ?
c.       Apakah buah labu kuning dapat dijadikan tepung ?
d.      Apa sajakah pemanfaatan dari tepung labu kuning ?

C.    Tujuan Penelitian
a.       Mengetahui kandungan gizi yang terkandung dalam buah labu kuning sehingga dapat diketahui manfaatnya secara pasti.
b.      Memastikan buah labu kuning sebagai salah satu alternatif bahan pangan.
c.       Memastikan bahwa buah labu kuning dapat dibuat menjadi tepung
d.      Mengatahui berbagai macam pemanfaatan dari tepung labu kuning.

D.    Manfaat Penelitian
a.       Dapat diketahui kandungan gizi yang terkandung dalam buah labu kuning sehingga dapat diketahui manfaatnya secara pasti.
b.      Dapat dipastikan  bahwa buah labu kuning sebagai satu alternatif bahan pangan.
c.       Dapat diketahui bahwa buah labu kuning dapat dibuat menjadi tepung
d.      Didapatkan berbagai macam manfaat dari tepung labu kuning.

E.     Metode Penelitian
a.       Metode Observasi dan Eksperimen
      Penulis mengadakan pengamatan dari berbagai sumber, kemudian melakukan percobaan untuk pembuatan tepung dengan bahan dasar labu kuning. Kemudian menmbuat berbagai jenis makanan dari tepung labu kuning yang dihasilkan.
b.      Metode Studi Pustaka
      Penulis mencari berbagai referensi buku dan sumber dari internet yang dapat mendukung penelitian ini.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A.    Pembahasan Teori
Labu mempunyai banyak varietas, dari lebih 40 jenis labu, baru sedikit yang dimanfaatkan manusia sebagai bahan pangan. Disisi lain, buah dari tanaman merambat ini sangat kaya akan kandungan serat, vitamin, mineral dan air. Banyak pakar gizi dan kesehatan berkomentar kalau labu bermanfaat untuk kesehatan. Seperti yang diungkapkan Prof.Hembing Wijayakusuma, seorang pakar kesehatan alternatif, menurutnya labu dapat mengobati tekanan darah tinggi, menurunkan panas, diabetes dan memperlancar proses pencernaan. Mari kita kenali jenis dan kegunaannya.
1. Labu Kuning/Labu Parang/Pumpkin
Dari sekian banyak jenis labu, labu kuning (Cucurbita moschata) paling sering digunakan dalam masakan. Beragam jenis hidangan bisa dibuat dari buah ini, mulai dari kolak, sup, cake hingga kue-kue basah seperti talam dan kue lumpur. Teksturnya yang lembut dengan rasa sedikit manis cocok dipadu padan dengan beragam bahan. Dari gizinya pun tidak mengecewakan, setiap 100 gr labu mengandung 34 kal, 1.1 protein, 0.3 lemak, 0.8 mineral dan 45            mg kalsium.
2. Labu Air (Lagenaria siceraria)
Jenis ini  merupakan  varietas labu bertekstur keras, warna kulit kehijauan dan daging buah berwarna putih. Sebagian orang memanfaatkan sebagai bahan baku manisan kering, campuran saus tomat dan masakan. Gulai labu atau sayur adalah dua hidangan popular dari labu air. Labu air kaya akan serat mineral dan kalsium.
3. Labu Siam/Waluh Jipang/Chayote
Bentuk labu siam (Sechium edule) lebih kecil dari varietas lainya. Sifatnya pun bergetah dengan permukaan berlekuk-lekuk. Labu ini cocok dijadikan olahan sayur, seperti campuran sayur asam, sambal goreng, sayur bersantan atau dikukus sebagai lalapan. Di dalam 100 gr labu siam terkandung, 6.5 karbohidrat, 0.6 protein, 0.3 mineral  dan  14 mg  kalsium.

4. Beligo/kundur
Orang jarang memanfaatkan beligo (Benincasa hispida) sebagai bahan masakan. Beligo biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku manisan buah kering seperti sukade. Jika dicermati, beligo sangat netral rasanya, sehingga cocok untuk campuran  sop bening            atau  setup      sayuran.
5.
Courgette (Cucurbita Pepo)
Popular di dapur Eropa dan Timur Tengah. Beragam masakan lezat tercipta dari labu serupa mentimun ini. Labu muda paling cocok digunakan dalam masakan. Crougette terasa lezat jika diisi dengan daging, dibuat setup sayuran, campuran salad, maupun      ditumis            dengan           seafood.
6. Butternut Squash
Varietas ini rasa dan warnanya mirip labu kuning namun bentuknya oval dengan tekstur daging buah lebih lembut. Sangat cocok dijadikan aneka dessert seperti pudding, cake atau kolak. Seperti labu kuning, Butternut Squash juga sangat kaya         vitaminA,C,Mineral    dan      Serat.
7. Acorn Squash/Babucha
Labu ini dipercaya berasal dari Jepang. Di pasaran ada dua jenis yang hanya beda bentuk. Acorn Squash berbentuk oval dan Kabucha bulat. Dapat dimasak menjadi beragam masakan seperti soup, stew sayuran, atau hidangan penutup.
8. Labu Hibrida
Dengan majunya teknologi pertanian, banyak diciptakan varietas baru pada buah dan sayuran. Termasuk labu, banyak jenis baru labu diperoleh dari hasil persilangan. Dari rasa, kenampakanya dan kandungan gizinya, labu hibrida tidak jauh beda hanya saja bentuknya lebih besar, seragam dan warna yang            menyimpang   dari     varietas            aslinya.
9. Labu Mie
Sekilas bentuk dan kenampakannya mirip labu kuning, namun jika kita potong akan nampak daging buahnya terurai menyerupai mie. Seperti labu pada umumnya, labu mie pun bisa di masak apa saja, mulai kudapan seperti pudding, kue talam, atau diolah menjadi sayur, ditumis atau dipanggang dengan daging.

B.     Labu Kuning
Tanaman labu kuning merupakan suatu jenis tanaman sayuran menjalar dari famili Cucurbitaceae, yang tergolong dalam jenis tanaman semusim yang setelah berbuah akan langsung mati. Tanaman labu kuning ini telah banyak dibudidayakan di negara-negara Afrika, Amerika, India, dan Cina. Tanaman ini dapat tumbuh di daratan rendah maupun tinggi. Adapun ketinggian tempat yang ideal adalah antara 0 m- 1.500 m di atas permukaan laut (dpl).
Di Indonesia telah banyak ditanam labu kuning varietas lokal dari berbagai jenis, seperti misalnya dari jenis bokor (cerme), kelenting, dan ular. Selain itu, terdapat pula varietas yang merupakan introduksi dari beberapa negara, seperti Taiwan, Australia, Jepang, dan Amerika.
Batang labu kuning menjalar cukup kuat, bercabang banyak, berbulu agak tajam, dengan panjang batang yang mencapai 5 m – 10 m. Daun labu kuning berwarna hijau keabu-abuan, lebar dengan garis tengah mencapai 20 cm, menyirih, ujung agak runcing, tulang daun tampak jelas, berbulu agak halus dan agak lembek sehingga bila terkena sinar matahari akan menjadi layu. Letak daun labu kuning ini berselang-seling antar batang dengan panjang tangkai daun antara 15 cm – 20 cm.
Bunga labu kuning berbentuk lonceng dan berwarna kuning. Dalam satu rumpun terdapat bunga jantan dan betina. Tanaman labu kuning mulai berbunga setelah berumur 1 – 1,5 bulan.

1.      Buah Labu Kuning
Buah labu kuning atau yang sering disebut dengan waluh (Jawa Tengah), labu parang (Jawa Barat), ataupun pumpkin (Inggris), merupakan salah satu saturan yang mempunyai bentuk bulat sampai lonjong dan berwarna kuning kemerahan. Pada bagian tengah buah labu kuning tersebut, terdapat biji yang diselimuti lendir dan serat. Biji ini berbentuk pipih dengan kedua ujungnya yang meruncing.
Berat buah labu kuning dapat mencapai ± 4 -7 kg, bahkan jenis Cucúrbita moschata dapat mencapai berat hingga ± 20 kg. Buah labu kuning sudah dapat dipanen pada umur 3-4 bulan, sementara dari jenis hibrida dapat dipanen pada umur 90 hari.

2.      Kandungan Gizi Labu Kuning
Salah satu faktor yang penting dalam satu bahan makanan adalah kandungan gizinya. Labu kuning merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang mempunyai kandungan gizi cukup tinggi dan lengkap. Secara lengkap labu kuning mempunyai kandungan gizi seperti yang disajikan dalam Komposisi Zat Gizi Labu Kuning.
Komposisi Zat Gizi Labu Kuning per 100 g Van :
Air : 95.32 g , Energi 15 kkal, Energi 63 kj, Protein 0,6 g, Total lemak 0.02 g, Karbohidrat 3.69 g, Ampas 0.37 g.
 Kandungan Mineral , Vitamin.Lemak dan  Asam amino sebagai berikut :
Mineral
Kalsium, Ca, 24 mg
Besi, Fe, 0.25 mg
Magnesium, Mg, 11 mg
Phospor, P, 13 mg
Potassium, K, 170 mg
Sodium, Na, 2 mg
Seng, Zn, 0.7 mg
Tembaga, Cu, 0.026 mg
Mangan, Mn, 0.066 mg
Selenium, Se, 0.2 mcg

Vitamin
Vitamin C, asam ascorbic, 8.5 mg
Thiamin, 0.029 mg
Riboflavin, 0.022 mg
Niacin, 0.39 mg
Asam Pantothenic, 0.144 mg
Vitamin B-6, 0.038 mg
Folate, 4.3 mcg
Vitamin B-12, 0 mcg
Vitamin A, IU, 0 IU
Vitamin A, RE, 0 mcg_RE

Lemak
Asam lemak jenuh, saturated, 0.002 g
16:0, 0.001 g
18:0, 0 g
Asam lemak tak jenuh, monounsaturated, 0.004 g 18:1, 0.004 g
Asam lemak tak jenuh, polyunsaturated, 0.009 g 18:2, 0.009 g
Kolesterol, 0 mg

Asam Amino
Tryptophan, 0.003 g
Threonine, 0.017 g
Isoleucine, 0.032 g
Leucine, 0.035 g
Lysine, 0.02 g
Methionine, 0.004 g
Phenylalanine, 0.014 g
Valine, 0.026 g
Arginine, 0.014 g
Histidine, 0.004 g
Dari data tersebut terlihat bahwa labu kuning merupakan sumber vitamin A dengan kandungan β-karoten yang sangat tinggi, yaitu 180.00 SI atau sekitar 1.000-1.300 IU/100 gr bahan. Di samping itu juga mengandung vitamin B dan C serta zat gizi lanilla seperti karbohidrat, protein, dan beberapa mineral yang meliputi kalsium, fosfor, dan zat besi.

C.    Tepung Labu Kuning
            Labu kuning mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi sehingga berpotensi untuk diolah menjadi tepung labu kuning. Tepung labu kuning adalah tepung dengan butiran halus, lolos ayakan 60 mesh, berwarna putih kekuningan, berbau khas labu kuning, dengan kadar air ± 13 %. Kondisi fisik tepung labu kuning ini sangat dipengaruhi oleh kondisi bahan dasar dan suhu pengeringan yang digunakan. Semakin tua labu kuning, semakin tinggi kandungan gulanya. Oleh karena kandungan gula labu kuning yang tinggi ini, apabila suhu yang digunakan pada proses pengeringan terlalu tinggi, tepung yang dihasilkan akan menggumpal dan berbau karamel.
Kualitas tepung labu kuning ditentukan oleh komponen penyusunnya yang akan menentukan sifat fungsional adonan maupun produk tepung yang dihasilkan serta suspensinya dalam air. Komponen tersebut antara lain adalah protein, karbohidrat, lemak, dan enzim. Protein tepung labu kuning mengandung protein jenis gluten yang cukup tinggi sehingga mampu membentuk jaringan tiga dimensi yang kohesif dan elastis. Sifat ini akan sangat berfungsi pada pengembangan volume roti dan produk makanan lain yang memerlukan pengembangan volume.      
                  Karbohidrat tepung labu kuning juga cukup tinggi. Karbohidrat ini sangat berperan dalam pembuatan adonan pati. Granula pati akan melekat pada protein selama pembuatan adonan. Kelekatan antara granula pati dan protein akan menimbulkan kontinuitas struktur adonan. Adonan pati tersebut akan mampu menahan air walaupun air yang tersedia terbatas dan hanya terjadi gelatinisasi sebagian. Granula cukup fleksibel untuk memanjangkan gluten. Selain itu, meskipun kadungan lemak labu kuning tidak terlalu kuning, namun bersama dengan gluten akan mampu membentuk adonan.
Adapun enzim yang terkandung dalam tepung labu kuning adalah  Amylase, Protease, Lipase, dan Oksidase. Enzim Amylase akan menghidrolisis pati menjadi Maltosa dan Dekstrin, sedangkan enzim Protease berperan dalam pemecahan protein sehingga akan mempengaruhi elastisitas gluten. Penambahan ragi dalam tepung labu kuning akan menghasilkan Maltase dan Sukrose yang akan menghidrolisis Maltosa dan Glukosa menjadi monosakarida seperti Glukose dan Fruktosa, selanjutnya dipecah menjadi alkohol dan CO2 yang berfungsi dalam pengembangan volume roti.
Tepung labu kuning mempunyai kualitas tepung yang baik karena mempunyai sifat gelatinisasi yang baik, sehingga dengan demikian dapat membentuk adonan dengan konsistensi, kekenyalan, viskositas, maupun elastisitas yang baik, sehingga roti yang dihasilkan akan berkualitas baik pula. Daya simpan tepung labu kuning relatif lama, tetapi karena tepung labu kuning sangat higroskopis (mudah menyerap air / uap air), maka penyimpanannya harus dilakukan dengan dengan baik agar udara dan sinar tidak dapat menembus wadah. Adapun jenis pengemas yang sering digunakan untuk mengemas tepung labu kuning adalah plasik yang dilapisi alumunium foil. Bila penyimpanannya dilakukan ditempat yang kering, maka tepung labu kuning dapat tahan dalam penyimpanan selama dua bulan.

D.    Pemanfaatan Labu Kuning
Tepung labu kuning dapat dimanfaatkan sebagai substitusi penggunaan tepung dalam cake, roti kering, kudapan, ataupun lauk pauk. Selain itu, tepung labu kuning ini juga dapat dimanfaatkan dalam formula makanan bayi, karena kandungan pro-vitamin A-nya yang tinggi.

E.  Pengajuan Hipotesis
a.       Labu dapat diolah  menjadi tepung
b.      Labu tidak dapat dibuat tepung
c.       Labu dapat dijadikan sumber pangan alternatif
d.      Labu tidak dapat dijadikan sumber pangan alternatif
e.       Labu dapat digunakan untuk pembuatan berbagai macam kulinari
f.       Labu tidak dapat digunakan untuk pembuatan berbagai macam kulinari.
BAB III
METODE  PENELITIAN

            Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen laboratorium. Sampel labu hanya satu terdiri dari 5 labu kuning dengan berat berat yang bervariasi. Berat labu dipilih bervariasi dengan harapan dapat mewakili sebagai sampel dari jenis labu tersebut. Penelitian ini berlangsung selama satu bulan dilakukan di rumah dan laboratorium sekolah. Secara rinci tentang alat bahan dan langkah kerja penelitian dapat dipaparkan pada bab ini.

A.  Alat dan Bahan
1. Alat-alat Yang digunakan dalam penelitian :
a. Pisau
b. Panci
c. Tempayan
d. Ayakan tepung
e. Ember
f. Alat penggiling tepung
g. Plastik
h. Timbangan
          
2. Bahan Yang digunakan
            a. Labu kuning
            b. Air untuk mencuci


B.  Rancangan Penelitian dan Langkah Kerja
     
Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium untuk membuat tepung dari bahan baku labu kuning, sehingga rancangan penelitian merupakan urutan langkah kerja eksperimen yang dilakukan. Secara lengkap langkah kerja penelitian yang dilakukan sebagai berikut :               
1.   Pemotongan dan Pencucian
            Labu kuning yang memenuhi syarat dan sudah dipilih dipotong-potong      membujur terlebih dahulu menjadi ± 8 potong. Kemudian, dicuci dengan     air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada kulit        buahnya. Pencucian dilakukan hingga kulit labu kuning benar-benar bersih.
   2.   Pengupasan
         Labu kuning yang telah dicuci selanjutnya dihilangkan biji dan serabutnya,             serta dikupas kulitnya sampai bersih.
            3.   Pengecilan Ukuran
                  Labu kuning  yang dikupas kulitnya dipotong-potong tipis dan kecil           dengan tujuan untuk mempercepat proses pengeringan.
            4.   Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan tenaga surya ( penjemuran ) ataupun dengan alat pengering ( oven ). Apabila menggunakan tenaga surya, pengeringan labu kuning dilakukan selama 4 –  6 hari ( tergantung pada cuaca ), sementara apabila menggunakan oven, dilakukan dengan suhu 500 C selama 48 jam.
      5.   Penggilingan
            Potongan labu kuning hasil pengeringan dapat segera digiling atau dihancurkan dengan menggunakan blender kering ataupun alat penggiling     tepung yang lain. Penggilingan dilakukan hingga labu kuning kering tersebut     hancur menjadi bubuk ( tepung ).
      6.   Pengayakan
            Tepung labu kuning hasil penghancuran kemudian diayak dengan saringan             berukuran lubang 60 mesh. Tepung yang lolos ayakan ditampung dalam        tempat tersendiri, sementara yang tidak dapat lolos ayakan dapat digiling        lagi hingga akhirnya dapat lolos ayakan. Usahakan sesedikit mungkin         tepung labu kuning yang tersisa ( tidak lolos ayakan ).
   7.   Pemanfaatan
Setelah selesai diayak, tepung siap diolah menjadi aneka ragam makanan. Seperti misalnya makanan bayi, bubur balita, roti tawar, roti manis keju, cake, ayam goreng tepung labu kuning, biterballen, bakwan jagung, dll.


BAB IV
HASIL  PENELITIAN

A.    Data dan Analisis Data

PERCOBAAN
BERAT AWAL (gr)
BERAT TEPUNG (gr)
PENYUSUTAN (gr)
PROSENTASE (%)
Labu 1
7550
1420
6130
18,81
Labu 2
6500
122 0
5200
18,77
Labu 3
7250
1460
5790
20,14
Labu 4
5680
1080
4600
19,14
Labu 5
6300
1170
5130
18,57
JUMLAH
33280
6350
26850
19,09


B.     Hasil Penelitian dan Pembahasan
     
Berdasarkan data hasil percobaan, maka dapat dijelaskan sebgai berikut :
  1. Percobaan 1 berat awal labu 7550 gr (7,55 kg) setelah diproses dihasilkan tepung 1420 gr (1,42 kg) atau 18,81 % dari berat awal. Terjadi penyusutan berat 6130 gr.
  2. Percobaan 2 berat awal labu 6500 gr (6,5 kg) setelah diproses dihasilkan tepung 1220 gr (1,22 kg) atau 18,77 % dari berat awal. Terjadi penyusutan berat 5200 gr.
  3. Percobaan 3 berat awal labu 7250 gr (7,25 kg) setelah diproses dihasilkan tepung 1460 gr (1,46 kg) atau 20,14 % dari berat awal. Terjadi penyusutan berat 5790 gr.
  4. Percobaan 4 berat awal labu 5680 gr (5,68 kg) setelah diproses dihasilkan tepung 1080 gr (1,08 kg) atau 19,44 % dari berat awal. Terjadi penyusutan berat 4600 gr.
  5. Percobaan 5 berat awal labu 6300 gr (6,3 kg) setelah diproses dihasilkan tepung 1170 gr (1,17 kg) atau 18,57 % dari berat awal. Terjadi penyusutan berat 5130 gr.
Jika dirata-rata tepung labu yang dihasilkan dapat mencapai 19,09 % dari berat awal labu.
                  Jika harga labu saat ini sekitar Rp. 8.00,- per kilogram, maka dapat diperkirakan harga jual tepung labu kuning per kilogramnya. Contoh hasil percobaan 1 berat labu 7550 gr (7,55 kg) harganya 7,55 X Rp.8.00, = Rp 6.040. Padahal dari 7,55 kg labu dihasilkan tepung 1,42 kg ( 18,81 %).  Jika kita mengambil keuntungan 20 % maka dari 1,42 kg tepung labu dapat kita jual kg Rp. 6.040,- ditambah 20% X 6.040 = Rp. 1.208,- . Sehingga harga 1,42 kg tepung bisa dijual dengan harga Rp. 7.248, maka  per-kilogram tepung harganya sekitar  Rp. 5.104,- jika dibulatkan maka harga tepung labu perkilogram dapat dijual Rp. 5.100,- dengan asumsi keuntungan 20 %.
                  Berdasarkan analisis data tersebut, maka pebuatan tepung labu kuning sebagai bahan makanan alternatif  sangat prospek dan mendatangkan keuntungan yang cukup menjanjikan. Tepung labu yang dihasilkan dapat di buat berbagai alternatif makanan seperti  kue, bubur, makanan kering atau jenis lain.
                  Berdasar analisis data hasil penelitian maka beberapa hipotesa yang diajukan, dapat di jawab sebagai berikut.                 
a.             Labu dapat diolah  menjadi tepung dapat diterima.
b.            Labu tidak dapat dibuat tepung tidak dapat diterima
c.             Labu dapat dijadikan sumber pangan alternatif dapat diterima
d.            Labu tidak dapat dijadikan sumber pangan alternatif  tidak dapat diterima
e.       Labu dapat digunakan untuk pembuatan berbagai macam kulinari dapat diterima
f.       Labu tidak dapat digunakan untuk pembuatan berbagai macam kulinari tidak dapat diterima .
Untuk tindak lanjut penelitian maka perlu dilakukan percobaan penelitian lanjutan, sehingga dapat dtemukan jenis labu mana yang paling layak untuk dijadikan sebagai bahan tepung alternatif.
BAB  V
KESIMPULAN  DAN  SARAN

A.  Kesimpulan
      Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
  1. Berdasarkan kajian pustaka yang telah hasil penelitian yang telah ada maka, kandungan gizi yang terkandung dalam buah labu kuning sudah dapat diketahui, sehingga dapat diketahui manfaatnya secara pasti.
  2. Buah Labu Kuning dapat digunakan sebagai salah satu alternatif bahan pangan baru yang murah.
  3. Buah labu kuning dapat dibuat menjadi tepung dengan menghasilkan tepung sekitar 19,09 %  
  4. Tepung Labu Kuning dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku berbagai macam makanan ; kue, bubur dan jenis makanan yang lain. 

B.  Saran - saran
1.   Diadakan sosialisasi pemanfaatan tepung labu agar dapat dimanfaatkan dan dinikmati oleh masyarakat luas.
2.   Masih banyak manfaat dari buah labu kuning yang  belum diketahui oleh banyak orang, sehingga penelitian tentang labu kuning dapat dikembangkan lebih lanjut oleh pemerintah maupun swasta.
3.  Untuk menciptakan jenis makanan baru dengan bahan baku tepung labu, maka perlu diadakan lomba memasak dengan bahan baku tepung labu.
4. Perlu dilakukan budidaya tanaman Labu dalam sekala industri oleh pemerintah maupun swasta, sehingga tanaman labu tidak sekedar sebagai tanaman sampingan saat musim kemarau tetapi tanaman budidaya. 




DAFTAR PUSTAKA


Anonim, 1990. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. Bhratara, Indonesia.

Gembong Tjitrosoepomo, 1993. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Oey Kam Nio, 1992. Daftar Analisis Bahan Makanan. Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta
Tranggono, Sutaradi, Haryadi, Agnes Murdiati, Slamet Sudarmadji, Kapti Rahayu, Sri Naruki, Mary Astuti, 1990. Bahan Tambahan Pangan (Food Additives). PAU Pangan dan Gizi. UGM, Yogyakarta.

Yudo-Sudarto,1993. Budi Daya Waluh. Kanisius, Yogyakarta.