Kamis, 05 April 2018

Take Home UTS Pendidikan Inklusi


Pentingnya Peran Guru Bayangan (Shadow Teacher) untuk Anak Berkebutuhan Khusus dalam Proses Pembelajaran di Kelas
Nurhayati Pentasari
Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Surakarta


Abstrak
Masih kurangnya perhatian sekolah regular untuk memperhatikan anak berkebutuhan khusus dengan tidak adanya fasilitas guru bayangan (shadow teacher) yang membantu anak berkebutuhan khusus berfungsi maksimal dalam mengatasi kesulitan-kesulitannya ketika bersekolah di sekolah regular bersama anak normal lainnya. salah satu upaya untuk memaksimalkan proses belajar anak berkebutuhan khusus perlu adanya kesadaran akan pentingnya guru bayangan (shadow  teacher) untuk mereka yang bersekolah di sekolah regular. Bertujuan untuk memaksimalkan fungsi anak berkebutuhan khusus berbaur dan berdinamika di dalam proses pembelajaran dikelas bersama dengan anak normal lainnya di sekolah regular. Penelitian ini termasuk kedalam penelitian kualitatif lapangan dimana data diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung dilapangan. Dapat disimpulkan bahwa sekolah regular yang memfasilitasi guru bayagan (shadow teacher) untuk anak berkebutuhan khusus di dalam proses pembelajaran di eklas lebih mengalami peningkatan yang cukup berarti. hal ini membuktikan bahwa melalui peran guru bayangan (shadow teacher) di dalam proses pembelajaran di kelas memeiliki peranan penting untuk anak berkebutuhan khusus.
Kata Kunci : Pendidikan Inklusi, Guru bayangan, Shadow Teacher, Anak Berkebutuhan Khusus, ABK
Pendahuluan
Kehidupan di dunia ini penuh dengan warna dan beragam begitu juga dengan anak. Beberapa anak lahir di dunia ini dalam keadaan normal maupun sebaliknya. Terlahir menjadi anak yang sempurna dengan kesehatan yang prima, otak yang memiliki kecerdasan tinggi, sampai bakat dan talenta yang mengagumkan.sedangkan dilain sisi juga terdapat anak yang terlahir dengan mengalami kecacatan sejak lahir atau memiliki kecacatan fisik maupun mental yang berbeda dengan anak normal pada umumnya. Anak-anak yang terlahir berbeda dengan anak-anak normal pada umunya inilah yang disebut dengan anak berkebutuhan khusus (ABK). Anak berkebutuhan khusus sendiri merupakan anak-anak yang memerlukan penanganan khusus karena kelainannya tersebut (Fadhli, 2010). Kemudian Geniofam (2010) memperkaya pendapat tersebut anak berkebutuhan khusus  adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak normal pada umumnya.
Merujuk pada pengertian tersebut,dapat dipahami bahwa dunia anak-anak normal dan anak berkebutuhan khusus itu memiliki perbedaan. Anak berkebutuhan khusus beserta kelainannya, tentu akan mengalami beberapa kesulitan di dalam menjalani kehidupan layaknya anak-anak yang normal. Namun, di zaman yang semakin bergerak maju ini terlebih di zaman now seperti saat ini sudah berubah dan paradigma orang sudah mulai berubah terbuka mengenai anak-anak berkebutuhan khusus. Hal ini dikarenakan banyak sekolah yang membuka dirinya untuk menerima anak berkebutuhan khusus dapat bergabung di sekolah umum milik mereka, berbaur dan berdinamika dengan anak-anak normal lainnya, serta belajar bersama dengan guru-guru biasa di sekolah regular.
Anak berkebutuhan khusus untuk bisa mengikuti proses pembelajaran di kelas baik itu sekolah regular maupun sekolah khusus memerlukan seseorang untuk membimbingnya perlahan terlepas dari peran guru kelas yang memandu jalannya proses pembelajaran di kelas berlangsung. Guru kelas di sekolah regular di dalam menangani anak berkebutihan khusus idealnya ditemani degan guru bayangan (shadow teacher) yang menangani anak berkebutuhan khusus tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian  untuk mengetahui apakah sekolah regular yang menerima murid anak berkebutuhan khusus memfasilitasi atau menyediakan guru bayangan (shadow teacher) untuk anak berkebutuhan khusus di dalam proses belajar mengajar.
Berikut dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaiamana pentingnya peran guru bayangan (shadow teacher) untuk anak berkebutuhan khusus di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya peran guru bayangan (shadow teacher) untuk anak berkebutuhan khusus di dalam mengikuti pembelajaran di kelas.

Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2013: 1) penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah metoden penelitian yang digunakan untuk meneliti keadaan yang alamiah. Peneliti merupakan instrumen kunci yang mengumpulan data  secara train gulasi  (gabungan),  analisis data bersifat induktif dan hasil dari penelitian lebih  menekankan makna dari generalisasi. Pada penelitian ini penulis  menggunakan tipe penelitian kualitatif lapangan.
Menurut Sugiyono (2013:2) kriteria dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar yang terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna  balik yang terlihat dan terucap tersebut. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil penelitian yang didapatkan melalui dua sumber  data, yaitu data primer dan sekunder.
1.    Data Primer
Lofland dalam Moleong (2006: 157) data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung oleh peneliti dari lapangan. Penelitian ini,data primer yang diperoleh dari lokasi penelitian  melalui wawancara sumber atau  informan yang berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dengan  keadaan yang sebenarnya di lapangan.
2.    2.Data Sekunder
Lofland dalam Moleong (2006: 157) data sekunder merupakan data yang diperlukan dalam penelitian untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari data primer.Data sekunder dapat berupa studi pustaka yang berasal dari buku-buku,penelitian lapangan, maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Berbagai dokumen dihasilkan melalui objek penelitian yang  dipergunakan untuk mendukung data primer dan memperkuat data dalam melakukan penelitian.
Pembahasan
            Konsep anak berkebutuhan khusus memiliki arti yang lebih luas dibandingkan dengan pengertian anak luar biasa. anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. anak berkebutuhan khusus ini mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangan. oleh sebab itu, mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing anak.(Dadang Garnida, 2015).
Siswa berkebutuhan khusus memiliki shadow teacher yang akan membantu guru dalam menghadapi siswa tersebut di kelas. Kedua guru juga memanfaatkan kehadiran shadow teacher sebagai tempat untuk bertanya tentang siswa D. Shadow teacher akan menjadi backup ketika guru P maupun Y tidak dapat memberikan perhatian intensif kepada siswa D. Siswa D menjadi lebih tertangani untuk mengajaknya lebih fokus dalam mengerjakan tugas di kelas. Bekerjasama dengan shadow teacher juga merupakan bagian penting karena pengajar siswa ADHD tidak diharapkan untuk bekerja sendiri melainkan memiliki rekan yang dapat diajak berdiskusi maupun memberikan bantuan (Mangunsong, 2011, h. 18).
Salah stu tujuan kehadiran guru bayangan bagi ABK yangbersekolah disekolah regular adalah membantu anak berkebutuhan khusus untuk dapat berhubungan dengan lingkungan sekitarnya (Chatib & Said, 2012). Fungsi lainnya yang juga dijabarkan oleh Berit & Skjorten, dalam pengantar pendidikan Inklusif, (2003),yaitu :
  1. Mendampingi guru kelas dalam menyiapkan kegiatan yang berkaitan dengan materi belajar.
  2. Mendampingi anak yang  berkebutuhan khusus dalam menyelesaikan tugasnya dengan pemberian intruksi yang singkat dan jelas.
  3. Memilih dan melibatkan teman seumuran untuk kegiatan sosialisasinya.
  4. Menyusun kegiatan yang dapat dilakukan didalam kelas maupun diluar kelas.
  5. Mempersiapkan anak berkebutuhan khusus pada kondisi rutinitas yang berbuah positif.
  6. Menekankan keberhasilan anak berkebutuhan khusus dengan pemberian reward (hadiah) yang sesuai serta pemberian punishment (hukuman) terhadap perilaku yang tidak sesuai.
  7. Meminimalisasi kegagalan anak berkebutuhan khusus.
  8. Memberikan pengajaran yang menyenangkan kepada anak berkebutuhan khusus.






Hasil
Setelah melakukan wawancara dengan guru di PAUD Islam Makarima Kartasura dan PGIT Arofah 3 Banyudono mengenai pentingnya peran guru bayangan (shadow teacher) untuk anak berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran di kelas.
pertama, penulis melakukan wawancara dengan Ibu Endang Susilowati selaku koordinator kesiswaan, beliau mengatakan bahwa lembaga PAUD Islam Makarima Kartasura menerima anak berkebutuhan khusus untu ikut bermain dan belajar disana,  diantara anak-anak normal. Proses belajar mengajar di kelas pun berjalan dengan sama rata tidak ada perbedaan, kemudian di lembaga paud Islam Makarima anak yang mengalamai kebutuhan khusus di dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar didampingi oleh guru bayangan (shadow teacher).
Sebagai pembanding, penulis juga melakukan wawancara dengan kepala sekolah PGIT Arofah 3 Banyudono, Pada kesempatan berbeda, Ibu Mulyati, saat yang bersangkutan menjabat sebagai Kepala Sekolah PGIT Arofah 3 Banyudono, mengatakan bahwa di PGIT Arofah 3 Banyudono juga menerima anak berkebutuhan khusus akan tetapi kebijakan sekolah tidak memfasilitasi anak untuk tetap  diberi pelayanan guru bayangan (shadow teacher) di dalam proses belajar anak di dalam kelas, dan pihak sekolah mengembalikan ke orang tua si anak untuk memberikan pendampingan dari luar sekolah tergantung kebijakan orang tua mau diberikan pengasuh atau pembantu rumah tangga yang dibawa sendiri oleh orang tua baik dengan memiliki dasar untuk mendampingi anak berkebutuhan khusus maupun tidak.
Berdasarkan analisis penulis, bahwa untuk dapat dikatakan anak dapat merekam dan mengikuti kegiatan belaja mengajar di kelas terutama anak yang mengalami kebutuhan khusus untuk dapat menyesuaikan dengan teman-temannya yang lain perlu adanya peran dari seorang guru bayagan (shadow teacher) terlepas dari pengawasan guru kelas yang masing-masing hanya terdapat dua guru kelas jadi untuk dapat menghendel keseluruhannya terutama untuk anak yang berkebutuhan khusus maka diperlukan adanya guru pendamping.
Menurut hasil wawancara dan observasi guru bayangan (shadow teacher) di PAUD Islam Makarima Kartasura perannya masih diterapkan untuk membantu anak berkebutuhan khusus dalam mengatasi kesulitan-kesulitannya ketika bersekolah di sekolah regular bersama anak normal lainnya, dengan adanya guru bayangan ini anak berkebutuhan khusus di PAUD Islam Makarima Kartasura ini anak dapat ikut berdinamika di dalamnya. sedangkan di PGIT Arofah 3 Banyudono yang dimana tidak terdapat guru bayangan (shadow teacher) yang mendampingi anak berkebutuhan khusus maka capaian yang ditargetkan memang tidak terkonsep, prinsipnya anak berkebutuhan khusus dapat berinteraksi saja tanpa memperdulikan masalah kemampuan kognitifnya yang dijadikan capaian.

Kesimpulan
 Berdasarkan hasil analisis data yang di peroleh dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan tentang pentingnya peran guru bayangan (shadow teacher) untuk anak berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran di kelas adalah bahwa guru bayangan (shadow teacher) memiliki peran penting di dalam membantu anak berkebutihan khusus berfungsi maksimal dalam mengatasi kesulitan-kesulitannya ketika bersekolah di sekolah regular bersama anak normal lainnya,karena jika tidak di damping oleh guru bayangan maka guru kelas akan kewalahan mengingat dalam satu kelas hanya terdapat dua orang guru maka anak berkebutuhan khusus tersebut  diperlakukan sama rata dengan anak-anak normal lainnya di kelas regular.

Daftar Pustaka
Berit, J., Skjorten, M. D. 2003. Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar. Bandung : Unipub Forlag.
Chatib, M., Said, A. 2012. Sekolah Anak-anak Juara Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan. Bandung  : Kaifa.
Fadli, A. 2013. Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Anggrek
Garnida, Dadang. 2015. Pengantar Pendidikan Inklusif, Bandung: PT Refika Aditama.
Geniofam. 2010. Mengasuh dan Mensukseskan Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta :Garai Ilmu.
Olivia, 2017. Pendidikan Inklusi untuk Anak-Anak Berkebutuhan Khusus Diintegrasikan Belajar di Sekolah Umum. Yogyakarta:C.V Andi Offset.


Take Home UTS Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar


Penanganan Anak Berkesulitan Belajar dengan Pembiasaan
Nurhayati Pentasari
Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Surakarta


Abstrak
Di dunia pendidikan kita tidak akan pernah bisa terlepas dari yang namanya anak berkesulitan belajar, pasti kita selalu menemui anak berkesulitan belajar di sekolah. untuk menangani anak berkesulitan belajar bisa dengan menggunakan penanganan pembiasaan yang diterapkan setiap hari di sekolah dengan hal ini akan meminimalisir anak berkesulitan belajar. penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. bertujuan untuk memberikan penanganan kepada anak beresulitan belajar dengan pembiasaan.
Kata Kunci : Pendidikan, Pembiasaan, Penanganan Anak Berkesulitan Belajar.
Pendahuluan
Pendidikan individu dapat dilakukan melalui pendidikan formal, non formal maupun informal. Salah satu tempat untuk mendapatkan pendidikan secara formal adalah perguruan tinggi, yakni merupakan pendidikan lanjutan bagi peserta didik setelah selesai menempuh pendidikan menengah atas. Menurut UU No. 12 Tahun 2012, perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi (Pasal 1 Ayat 6), penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (Pasal 1 Ayat 9).
Aktifitas pendidikan atau belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadangkadang terasa amat sulit. Demikian kenyataan yang sering dijumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan Kesulitan Belajar Pada Anak: Identifikasi Faktor yang Berperan aktifitas belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individu ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku dikalangan anak didik. Siswa yang tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar. Menurut Djamarah (2002) bahwa gangguan yang menyebabkan seseorang mengalami kesulitan belajar dapat berupa sindrom psikologis yang dapat berupa ketidakmampuan belajar  (learning disability). Sindrom berarti gejala yang muncul sebagai indikator adanya ketidaknormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak. Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah. Ketidak mampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan orang yang tidak mengalami masalah kesulitan belajar.

Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2013: 1) penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah metoden penelitian yang digunakan untuk meneliti keadaan yang alamiah. Peneliti merupakan instrumen kunci yang mengumpulan data  secara train gulasi  (gabungan),  analisis data bersifat induktif dan hasil dari penelitian lebih  menekankan makna dari generalisasi. Pada penelitian ini penulis  menggunakan tipe penelitian kualitatif lapangan.
Menurut Sugiyono (2013:2) kriteria dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar yang terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna  balik yang terlihat dan terucap tersebut. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil penelitian yang didapatkan melalui dua sumber  data, yaitu data primer dan sekunder.
1.    Data Primer
Lofland dalam Moleong (2006: 157) data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung oleh peneliti dari lapangan. Penelitian ini,data primer yang diperoleh dari lokasi penelitian  melalui wawancara sumber atau  informan yang berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dengan  keadaan yang sebenarnya di lapangan.
2.    2.Data Sekunder
Lofland dalam Moleong (2006: 157) data sekunder merupakan data yang diperlukan dalam penelitian untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari data primer.Data sekunder dapat berupa studi pustaka yang berasal dari buku-buku,penelitian lapangan, maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Berbagai dokumen dihasilkan melalui objek penelitian yang  dipergunakan untuk mendukung data primer dan memperkuat data dalam melakukan penelitian.
Pembahasan
Menurut Nathan istilah kesulitan belajar (learning disability) diberikan kepada anak yang mengalami kegagalan dalam situasi pembelajaran tertentu. Dalam hal ini belajar didefinisikan sebagai ”perubahan perilaku yang terjadi secara terus menerus yang tidak diakibatkan oleh kelelahan atau penyakit” (dalam Cruickshank & Hallahan, 1975). Maka setiap karakteristik yang bersifat individu merupakan hasil dari perpaduan pengaruh-pengaruh lingkungan dan kondisi kondisi genetika. Dengan demikian variabelvariabel organismik, dan genetika sangat berpengaruh terhadap perilaku selama lingkungan juga turut berpengaruh. Pengaruh organismic dan genetika memerlukan adanya respon lingkungan yang efektif (Throne dalam Cruickshank & Hallahan, 1975).
Secara etimologi, pembiasaan berasal dari kata “biasa”. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, “biasa” berarti 1) Lazim atau umum, 2) Seperti sedia kala, 3) Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dengan adanya prefiks “pe” dan sufiks “an” menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu/seseorang menjadi terbiasa. Dalam kaitannya dengan metode pengajaran pendidikan agama Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap, bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.
Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman, yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan. Metode pembiasaan juga tergambar dalam Al-Qur’an dalam penjabaran materi pendidikan melalui kebiasaan yang dilakukan secara bertahap. Dalam hal ini termasuk merubah kebiasaan–kebiasaan yang negatif. Kebiasaan ditempatkan oleh manusia sebagai sesuatu yang istimewa. Ia banyak sekali menghemat kekuatan manusia, karena sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat dan spontan, agar kekuatan itu dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan dalam berbagai bidang pekerjaan, berproduksi dan aktivitas lainnya.
Hasil
Setiap sekolahan dengan beragam anak tentu tidak akan terlepas dari yang namanya anak berkesulitan belajar, tidak dapat dipungkiri bahwa kita pasti menemui anak yang mengalami kesulitan belajar. Berdasarkan pengamatan saya terhadap RA Miftahul 'Ulum Canden Boyolali disana menerapkan penanganan untuk anak yang mengalami kesulitan belajar dengan menggunakan pembiasaan. Pembiasaan yang saya temui disana adalah berbentuk pengulangan-pengulangan yang terus di lakukan sehingga anak akan dengan sendirinya dapat larut mengikuti sehingga dari yang sulit dipahami karena dengan diterapkannya penanganan pembiasaan ini anak yang berkesulitan belajar pun lama-kelamaan akan terbiasa dan menjadi bisa.
Kesimpulan
Berdasarkan Hasil diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk menangani anak berkesulitan belajar menggunakan penanganan pembiasaan.
Daftar Pustaka
Djamarah, S.B. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Kauffman & Hallahan D.P. (2005). Special education: What it is and Why
We Need it. Boston: Pearson Education, Inc.

Take Home UTS Komunikasi Pendidikan AUD


Menciptakan Kelekatan Komunikasi Antar Sesama  Guru di PGIT Arofah 3 Banyudono
Nurhayati Pentasari
Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Surakarta


Abstrak
Perlu adanya strategi dan cara baru untuk menciptakan iklim komunikasi antar guru di sekolah, sehingga suasana belajar mengajar akan terlihat lebih mengayomi dan hangat. komunikasi anatar guru tumbuh dengan baik maka akan menular ke anak-anak yang lain.  Bertujuan untuk menciptakan kelekatan komunikasi antar sesame guru. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif lapangan dimana data diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung di lokasi oleh penulis. Dapat disimpulkan bahwa menjalin komunikasi dnatar guru di sekolah itu penting. Maka perlu diciptakannya kelekatan komunikasi itu antar sesama guru.
Kata Kunci : Pendidikan, Komunikasi Pendidikan AUD, Penerapan, Model, Komunikasi Antar Guru.
Pendahuluan
Komunikasi merupakan sarana paling utama dalam kehidupan  manusia , yang berarti tak ada seorang pun yang dapat menarik diri dari proses  ini baik dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial.  Komunikasi itu  sendiri ada dimana-mana seperti dirumah, sekolah, kantor,  rumah sakit, dan disemua tempat yang melakukan sosialisasi. Artinya hampir  seluruh kegiatan manusia selalu tersentuh komunikasi. Banyak pakar menilai  bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi  seseorang dalam hidup bermasyaraka. (Cangara:2007).
Salah satu tujuan komunikasi adalah menggerakkan orang lain untuk  melakukan sesuatu. Sesuatu itu dapat bermacam -macam, mungkin bisa berupa  kegiatan. Melalui komunik asi orang dapat merencanakan masa depannya,  membentuk kelompok dan lain-lain. Dengan komunikasi manusia dapat  menyampaikan informasi, opini, dan pendapatnya.
Komunikasi itu sendiri bisa terjadi secara langsung dan tidak langsung. Komunikasi langsung dapat dilakukan secara langsung berbicara dengan  lawan bicara kita. Komuikasi ini, sangat efektif untuk mengetahui tanggapan  lawan bicara kita. Kemudian selain itu, ada komunikasi tidak lansung.  Biasanya, orang berkomunikasi lewat email, surat menyurat, dan SMS. Komunikasi ini adalah komunikasi secara tidak langsung. Komunikasi tidak  langsung memang efisien, tapi lebih dianjurkan untuk melakukan komunikasi  secara lansung ( face to face ), karena jika komunikasi itu dilakukan secara  langsung, maka kedua belah pihak  lebih memahami informasi yang diberikan,  selain itu lebih mengenal karakteristik lawan bicara kita, sehingga resiko salah paham dapat diminimalisir.

Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2013: 1) penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah metoden penelitian yang digunakan untuk meneliti keadaan yang alamiah. Peneliti merupakan instrumen kunci yang mengumpulan data  secara train gulasi  (gabungan),  analisis data bersifat induktif dan hasil dari penelitian lebih  menekankan makna dari generalisasi. Pada penelitian ini penulis  menggunakan tipe penelitian kualitatif lapangan.
Menurut Sugiyono (2013:2) kriteria dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar yang terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna  balik yang terlihat dan terucap tersebut. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil penelitian yang didapatkan melalui dua sumber  data, yaitu data primer dan sekunder.
1.    Data Primer
Lofland dalam Moleong (2006: 157) data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung oleh peneliti dari lapangan. Penelitian ini,data primer yang diperoleh dari lokasi penelitian  melalui wawancara sumber atau  informan yang berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dengan  keadaan yang sebenarnya di lapangan.
2.    Data Sekunder
Lofland dalam Moleong (2006: 157) data sekunder merupakan data yang diperlukan dalam penelitian untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari data primer.Data sekunder dapat berupa studi pustaka yang berasal dari buku-buku,penelitian lapangan, maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Berbagai dokumen dihasilkan melalui objek penelitian yang  dipergunakan untuk mendukung data primer dan memperkuat data dalam melakukan penelitian.

Pembahasan
            Menurut Susanto (1980:29), menyatakan bahwa komunikasi barasal dari kata Communication yang berpangkal dari perkataan latin yaitu communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersaman. Astrid Susanto mengemukakan, perkataan  komunikasi berasal dari kata  communicare yang dalam bahasa latin  mempunyai arti berpartisipasi atau memberitahukan, menyampaikan  pesan, informasi, gagasan dan pendapat yang dilakukan oleh seseorang  kepada orang lain dengan mengharapkan feedback.
Selain itu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah  pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

A. W. Widjaja, dalam bukunya yang berjudul Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. H.12 menyatakan, penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.Komunikasi adalah proses penyampaian  suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau  mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik secara langsung lisan maupun tidak langsung melalui media. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang dapat  dikatakan bahwa seseorang yang berkomunikasi berarti mengucap kan agar  orang lain ikut berpartisipasi atau merubah seseorang dengan tujuan dan harapan agar dari isi pesan yang disampaikan. Jadi orang yang  berkomunikasi mereka harus memiliki kesamaan makna atau arti pada  lambing-lambang yang digunakan untuk berkomunikasi dan harus saling  mengetahui masalah yang dikomunikasikan.

Komunikasi tidak lain merupakan interaksi simbolik. Manusia  dalam berkomuni kasi lebih pada memanipulasi lambing –lambang dari  berbagai benda. Semakin tinggi tingkat peradaban manusia semakin maju  orientasi masyarakatnya terhadap lambing -lambang. Secara sederhana komunikasi dapat dirumuskan sebagai proses pengoperan isi pesan berupa lambang-lambang dari komunikator kepada komunikan.

Komunikasi antar pribadi juga dapat diartikan sebagai suatu proses  pertukaran makna antar orang -orang yang saling berkomunikasi. Dalam proses pertukaran tersebut selalu mengalirkan pesan, dan pesan-pesan  komunikasi tidak selalu menggunakan  kata-kata verbal semata-mata. Kadang-kadang menggunakan lambang-lambang pesan yang disebut pesan-pesan non verbal. Jenis komunikasi ini dianggap paling efektif  untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku manusia. 
Dari pengertian diatas bisa ditarik kesim pulan bahwa komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara orang -orang secara tatap muka,  yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, dimana lambang-lambang pesan secara efektif digunakan, terutama lambang-lambang bahasa.

Hasil
Setelah melalukan wawancara dengan kepala sekolah di PGIT Arofah 3 Banyudono mengenai model komunikasi seperti apa yang diterapkan untuk menjalin kelekatan antar guru di PGIT Arofah 3 Banyudono,.
ibu Mulyati selaku kepala sekolah PGIT Arofah 3 Banyudono memaparkan bahwasanya untuk tetap menajlin komunikasi selain melalui alat komunikasi seperti Hp pada aplikasi groub Whatshaap juga komunikasi itu dibangun melalui pembiasaan setiap harinya dengan saling mengucapkan salam, melempar senyumdan menanyakan keadaan yang sederhana-sederhana saja di sela-sela istirahat mengajar. untuk lebih mendalamnya di PGIT Arofah 3 Banyudono enerapkan kegiatan rutin pada hari Sabtu untuk ngumpul jadi walaupun murid-muridnya pada libur namun guru tetap masu ke sekolah, situasi inilah yang digunakan untuk membangun komunikasi yang lebih kekeluargaan. rutinitas ini dilakukan selain untuk ajang tukar pikiran tetapi jadi ajag untuk saling memberikan evaluasi guna kebaikan ke depannya. diharapkan dengan antar guru atau sesama guru memiliki hubungan kelekatan komunikasi yang baik oleh masyarakat maka suasana di sekolah berbaur degan anak di dalam lingkungan seklah pun akan berasa lebih mengayomi dan tentram.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah di paparkan maka dapat ditarik benang merah tentang menciptakan kelekatan komunikasi antar sesama guru di PGIT Arofah 3 Banyudono dapat tercapai dengan menerapkan kegiatan rutin peretemuan di hari Sabtu saat anak-anak libur sekolah.Kegiatan tersebut mampu menciptakan kelekatan antar sesame guru di PGIT Arofah 3 Banyudono.

Daftar Pustaka                


A. W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. H.12

Cangara, 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: : PT. Rajagrafindo Utama
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.585

Phil Astrid Susanto, Komunikasi Teori dan Praktek , (Bandung : Bina Cipta, 1980)h.29.
T

Minggu, 02 November 2014

Sabtu, 01 November 2014