Selasa, 30 September 2014
KIR SNBI TEPUNG LABU
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Seperti
yang kita ketahui, Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber
daya alam baik yang hayati maupun yang non-hayati. Terdapat beberapa macam
tumbuhan yang tidak dapat ditemukan di negara lain seperti buah labu. Di negara
lain, buah labu hanya digunakan sebatas untuk pelengkap hari Hallowen. Namun di
negara kita, buah labu dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Buah labu
dapat digunakan untuk pelbagai jenis makanan dan cita rasanya enak. Daunnya
berfungsi sebagai sayur dan bijinya bermanfaat untuk dijadikan kuaci. Air
buahnya berguna sebagai penawar racun binatang berbisa, sementara bijinya
menjadi obat cacing pita.
Untuk memenuhi
kebutuhan pangan bagi penduduk Indonesia
yang hidup dalam lingkungan yang majemuk, memiliki anekaragam kebudayaan dan
sumber pangan spesifik, strategi pengembangan pangan perlu diarahkan pada
potensi sumber daya wilayah. Banyak
bahan pangan lokal Indonesia
yang mempunyai potensi gizi dan komponen bioaktif yang baik, namun belum
termanfaatkan secara optimum. Salah satu penyebabnya adalah keterbatasan
pengetahuan masyarakat akan manfaat komoditas
pangan tersebut.
Penelitian tentang karakterisasi dan potensi pemanfaatan komoditas pangan minor masih sangat sedikit dibandingkan komoditas pangan utama, seperti padi dan kedelai. Labu kuning atau waluh (Cucurbita moschata), yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai pumpkin, termasuk dalam komoditas pangan yang pemanfaatannya masih sangat terbatas. Tanaman labu tumbuh merambat dengan daun yang besar dan berbulu. Pucuk daun dan daun muda dapat digunakan sebagai bahan sayuran yang lezat, bisa dimakan sebagai sayuran bersantan, oseng-oseng, atau gado-gado. Selain daun, bagian dari tanaman ini yang memiliki nilai ekonomi dan zat gizi terpenting adalah buahnya.
Penelitian tentang karakterisasi dan potensi pemanfaatan komoditas pangan minor masih sangat sedikit dibandingkan komoditas pangan utama, seperti padi dan kedelai. Labu kuning atau waluh (Cucurbita moschata), yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai pumpkin, termasuk dalam komoditas pangan yang pemanfaatannya masih sangat terbatas. Tanaman labu tumbuh merambat dengan daun yang besar dan berbulu. Pucuk daun dan daun muda dapat digunakan sebagai bahan sayuran yang lezat, bisa dimakan sebagai sayuran bersantan, oseng-oseng, atau gado-gado. Selain daun, bagian dari tanaman ini yang memiliki nilai ekonomi dan zat gizi terpenting adalah buahnya.
Walaupun tanaman labu
kuning dipercaya berasal dari Ambon (Indonesia),
budi daya tanaman tersebut secara monokultur dan besar-besaran belum lazim
dilakukan oleh masyarakat kita. Tingkat konsumsi labu kuning di Indonesia masih
sangat rendah, kurang dari 5kg per kapita per
tahun
Konsumsi labu kuning mencapai puncak pada bulan puasa. Sebab, komoditas ini sangat cocok untuk diolah menjadi kolak, yang umumnya menjadi menu utama pada bulan tersebut. Buah labu dapat digunakan sebagai sayur, sup, atau desertai dengan bahan lain. Masyarakat umumnya memanfaatkan labu yang masih muda sebagai sayuran (lodeh, asem-asem, brongkos).
Konsumsi labu kuning mencapai puncak pada bulan puasa. Sebab, komoditas ini sangat cocok untuk diolah menjadi kolak, yang umumnya menjadi menu utama pada bulan tersebut. Buah labu dapat digunakan sebagai sayur, sup, atau desertai dengan bahan lain. Masyarakat umumnya memanfaatkan labu yang masih muda sebagai sayuran (lodeh, asem-asem, brongkos).
Olahan tradisional yang
paling dikenal dari labukuningialahkolak. Buah yang sudah tua digunakan sebagai
campuran dalam membuat bubur Manado
dan sayur bayam ala Sulawesi Selatan. Labu kuning setelah dikukus dapat dibuat
aneka makanan tradisional, seperti dawet, lepet, jenang, dodol, dan lain-lain. Sesuai
namanya, labu kuning mempunyai warna kuning atau jingga akibat kandungan
karotenoidnya yang sangat tinggi. Itulah sebabnya air perasan labu kuning
sering digunakan sebagai pewarna alami dalam pengolahan berbagai makanan tradisional. Tepung labu juga
sering dicampurkan ke dalam berbagai produk olahan untuk mendapatkan warna
kuning. Karotenoid dalam buah labu sebagian
besar berbentuk betakaroten.
Air perasan buah dipercaya dapat mengobati luka akibat racun binatang. Sekitar 500-800 biji segar tanpa kulit bisa digunakan sebagai obat pembasmi cacing pita pada orang dewasa. Kadang-kadang diberikan sebagai obat emulsi (diminum beserta obat pencahar), setelah dicampur dengan air. Pengobatan demikian amat berkhasiat dan aman tanpa efek sampingan.
Biji labu dikenal sebagai Semen Cucurbitae, yang kaya minyak dan dapat digunakan sebagai obat cacing pita. Kegunaan lain labu kuning adalah untuk obat digigit serangga berbisa (daging buah dan getahnya), disentri, dan sembelit.
Labu kuning juga dapat digunakan untuk penyembuhan radang, pengobatan ginjal, demam, dan diare. Berdasarkan pemanfaatan labu kuning secara empiris dan turun-temurun untuk berbagai pengobatan, diduga komoditas ini mempunyai berbagai komponen bioaktif yang perlu dibuktikan secara ilmiah.
Air perasan buah dipercaya dapat mengobati luka akibat racun binatang. Sekitar 500-800 biji segar tanpa kulit bisa digunakan sebagai obat pembasmi cacing pita pada orang dewasa. Kadang-kadang diberikan sebagai obat emulsi (diminum beserta obat pencahar), setelah dicampur dengan air. Pengobatan demikian amat berkhasiat dan aman tanpa efek sampingan.
Biji labu dikenal sebagai Semen Cucurbitae, yang kaya minyak dan dapat digunakan sebagai obat cacing pita. Kegunaan lain labu kuning adalah untuk obat digigit serangga berbisa (daging buah dan getahnya), disentri, dan sembelit.
Labu kuning juga dapat digunakan untuk penyembuhan radang, pengobatan ginjal, demam, dan diare. Berdasarkan pemanfaatan labu kuning secara empiris dan turun-temurun untuk berbagai pengobatan, diduga komoditas ini mempunyai berbagai komponen bioaktif yang perlu dibuktikan secara ilmiah.
Selain
manfaat-manfaat diatas, sebetulnya masih ada banyak manfaat lain dari buah labu
baik yang sudah diketahui maupun belum oleh orang banyak. Salah satunya adalah
pembuatan tepung dengan bahan baku
buah labu kuning. Dengan menilik berbagai manfaat yang disebutkan diatas maka
penulis mencoba melakukan penelitian tentang pembuatan tepung dengan bahan baku buah labu kuning.
Dengan harapan hasil penelitian ini dapat bermanfaat.
B.
Perumusan Masalah
Dari urain diatas, penulis dapat
merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, antara lain :
a.
Bagaimana
kandungan gizi yang terkandung dalam
buah labu kuning ?
b.
Apakah buah
labu kuning dapat dijadikan salah satu alternatif bahan pangan ?
c.
Apakah buah
labu kuning dapat dijadikan tepung ?
d.
Apa sajakah
pemanfaatan dari tepung labu kuning ?
C.
Tujuan Penelitian
a. Mengetahui kandungan gizi yang terkandung dalam
buah labu kuning sehingga dapat diketahui manfaatnya secara pasti.
b. Memastikan buah labu kuning sebagai salah satu
alternatif bahan pangan.
c. Memastikan bahwa buah labu kuning dapat dibuat
menjadi tepung
d. Mengatahui berbagai macam pemanfaatan dari tepung
labu kuning.
D.
Manfaat Penelitian
a. Dapat diketahui kandungan gizi yang terkandung
dalam buah labu kuning sehingga dapat diketahui manfaatnya secara pasti.
b. Dapat dipastikan
bahwa buah labu kuning sebagai satu alternatif bahan pangan.
c. Dapat diketahui bahwa buah labu kuning dapat
dibuat menjadi tepung
d. Didapatkan berbagai macam manfaat dari tepung labu
kuning.
E.
Metode Penelitian
a.
Metode
Observasi dan Eksperimen
Penulis mengadakan pengamatan
dari berbagai sumber, kemudian melakukan percobaan untuk pembuatan tepung
dengan bahan dasar labu kuning. Kemudian menmbuat berbagai jenis makanan dari
tepung labu kuning yang dihasilkan.
b.
Metode Studi
Pustaka
Penulis mencari berbagai
referensi buku dan sumber dari internet yang dapat mendukung penelitian ini.
BAB II
KAJIAN
TEORI DAN HIPOTESIS
A.
Pembahasan Teori
Labu
mempunyai banyak varietas, dari lebih 40 jenis labu, baru sedikit yang
dimanfaatkan manusia sebagai bahan pangan. Disisi lain, buah dari tanaman
merambat ini sangat kaya akan kandungan serat, vitamin, mineral dan air. Banyak
pakar gizi dan kesehatan berkomentar kalau labu bermanfaat untuk kesehatan.
Seperti yang diungkapkan Prof.Hembing Wijayakusuma, seorang pakar kesehatan
alternatif, menurutnya labu dapat mengobati tekanan darah tinggi, menurunkan
panas, diabetes dan memperlancar proses pencernaan. Mari kita kenali jenis dan
kegunaannya.
1. Labu Kuning/Labu Parang/Pumpkin
1. Labu Kuning/Labu Parang/Pumpkin
Dari sekian banyak jenis labu, labu kuning (Cucurbita
moschata) paling sering digunakan dalam masakan. Beragam jenis hidangan
bisa dibuat dari buah ini, mulai dari kolak, sup, cake hingga kue-kue basah
seperti talam dan kue lumpur. Teksturnya yang lembut dengan rasa sedikit manis
cocok dipadu padan dengan beragam bahan. Dari gizinya pun tidak mengecewakan,
setiap 100 gr labu mengandung 34 kal, 1.1 protein, 0.3 lemak, 0.8 mineral dan
45 mg kalsium.
2. Labu Air (Lagenaria
siceraria)
Jenis ini
merupakan varietas labu
bertekstur keras, warna kulit kehijauan dan daging buah berwarna putih.
Sebagian orang memanfaatkan sebagai bahan baku
manisan kering, campuran saus tomat dan masakan. Gulai labu atau sayur adalah
dua hidangan popular dari labu air. Labu air kaya akan serat mineral dan
kalsium.
3. Labu
Siam/Waluh Jipang/Chayote
Bentuk labu siam (Sechium edule) lebih kecil dari
varietas lainya. Sifatnya pun bergetah dengan permukaan berlekuk-lekuk. Labu
ini cocok dijadikan olahan sayur, seperti campuran sayur asam, sambal goreng,
sayur bersantan atau dikukus sebagai lalapan. Di dalam 100 gr labu siam
terkandung, 6.5 karbohidrat, 0.6 protein, 0.3 mineral dan 14
mg kalsium.
4. Beligo/kundur
Orang jarang memanfaatkan beligo (Benincasa hispida)
sebagai bahan masakan. Beligo biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku manisan buah kering
seperti sukade. Jika dicermati, beligo sangat netral rasanya, sehingga cocok
untuk campuran sop bening
atau setup sayuran.
5. Courgette (Cucurbita Pepo)
5. Courgette (Cucurbita Pepo)
Popular di dapur Eropa dan Timur Tengah. Beragam
masakan lezat tercipta dari labu serupa mentimun ini. Labu muda paling cocok
digunakan dalam masakan. Crougette terasa lezat jika diisi dengan daging,
dibuat setup sayuran, campuran salad, maupun ditumis dengan seafood.
6. Butternut Squash
6. Butternut Squash
Varietas ini rasa dan warnanya mirip labu kuning
namun bentuknya oval dengan tekstur daging buah lebih lembut. Sangat cocok dijadikan aneka
dessert seperti pudding, cake atau kolak. Seperti labu kuning, Butternut
Squash juga sangat kaya vitaminA,C,Mineral dan Serat.
7. Acorn Squash/Babucha
7. Acorn Squash/Babucha
Labu ini dipercaya berasal dari Jepang. Di pasaran
ada dua jenis yang hanya beda bentuk. Acorn Squash berbentuk oval dan Kabucha
bulat. Dapat dimasak menjadi beragam masakan seperti soup, stew sayuran, atau
hidangan penutup.
8. Labu Hibrida
Dengan majunya
teknologi pertanian, banyak diciptakan varietas baru pada buah dan sayuran.
Termasuk labu, banyak jenis baru labu diperoleh dari hasil persilangan. Dari
rasa, kenampakanya dan kandungan gizinya, labu hibrida tidak jauh beda hanya
saja bentuknya lebih besar, seragam dan warna yang menyimpang dari varietas
aslinya.
9. Labu Mie
9. Labu Mie
Sekilas bentuk dan kenampakannya mirip labu kuning,
namun jika kita potong akan nampak daging buahnya terurai menyerupai mie.
Seperti labu pada umumnya, labu mie pun bisa di masak apa saja, mulai kudapan
seperti pudding, kue talam, atau diolah menjadi sayur, ditumis atau dipanggang
dengan daging.
B.
Labu Kuning
Tanaman labu kuning merupakan suatu jenis tanaman
sayuran menjalar dari famili Cucurbitaceae,
yang tergolong dalam jenis tanaman semusim yang setelah berbuah akan langsung
mati. Tanaman labu kuning ini telah banyak dibudidayakan di negara-negara
Afrika, Amerika, India, dan Cina. Tanaman ini dapat tumbuh di daratan rendah
maupun tinggi. Adapun ketinggian tempat yang ideal adalah antara 0 m- 1.500 m
di atas permukaan laut (dpl).
Di Indonesia telah banyak ditanam labu kuning
varietas lokal dari berbagai jenis, seperti misalnya dari jenis bokor (cerme), kelenting, dan ular. Selain itu, terdapat pula varietas
yang merupakan introduksi dari beberapa negara, seperti Taiwan, Australia,
Jepang, dan Amerika.
Batang labu kuning menjalar cukup kuat, bercabang
banyak, berbulu agak tajam, dengan panjang batang yang mencapai 5 m – 10 m.
Daun labu kuning berwarna hijau keabu-abuan, lebar dengan garis tengah mencapai
20 cm, menyirih, ujung agak runcing, tulang daun tampak jelas, berbulu agak
halus dan agak lembek sehingga bila terkena sinar matahari akan menjadi layu. Letak daun labu kuning ini berselang-seling
antar batang dengan panjang tangkai daun antara 15 cm – 20 cm.
Bunga labu kuning
berbentuk lonceng dan berwarna kuning. Dalam satu rumpun terdapat bunga
jantan dan betina. Tanaman labu kuning mulai berbunga setelah berumur 1 – 1,5
bulan.
1.
Buah Labu Kuning
Buah labu kuning atau yang sering disebut dengan
waluh (Jawa Tengah), labu parang (Jawa Barat), ataupun pumpkin (Inggris),
merupakan salah satu saturan yang mempunyai bentuk bulat sampai lonjong dan
berwarna kuning kemerahan. Pada bagian tengah buah labu kuning tersebut,
terdapat biji yang diselimuti lendir dan serat. Biji ini berbentuk pipih dengan
kedua ujungnya yang meruncing.
Berat
buah labu kuning dapat mencapai ± 4 -7 kg, bahkan jenis Cucúrbita moschata dapat mencapai berat hingga ± 20 kg. Buah labu
kuning sudah dapat dipanen pada umur 3-4 bulan, sementara dari jenis hibrida
dapat dipanen pada umur 90 hari.
2.
Kandungan Gizi Labu
Kuning
Salah satu faktor yang penting dalam satu bahan
makanan adalah kandungan gizinya. Labu kuning merupakan salah satu jenis tanaman pangan
yang mempunyai kandungan gizi cukup tinggi dan lengkap. Secara lengkap labu kuning
mempunyai kandungan gizi seperti yang disajikan dalam Komposisi Zat Gizi Labu
Kuning.
Komposisi
Zat Gizi Labu Kuning per 100 g Van :
Air :
95.32 g , Energi 15 kkal, Energi 63 kj, Protein 0,6 g, Total lemak 0.02 g,
Karbohidrat 3.69 g, Ampas 0.37 g.
Kandungan Mineral , Vitamin.Lemak dan Asam amino sebagai berikut :
Kandungan Mineral , Vitamin.Lemak dan Asam amino sebagai berikut :
Mineral
Kalsium,
Ca, 24 mg
Besi, Fe, 0.25 mg Magnesium, Mg, 11 mg Phospor, P, 13 mg Potassium, K, 170 mg Sodium, Na, 2 mg Seng, Zn, 0.7 mg Tembaga, Cu, 0.026 mg Mangan, Mn, 0.066 mg Selenium, Se, 0.2 mcg |
Vitamin
Vitamin
C, asam ascorbic, 8.5 mg
Thiamin, 0.029 mg Riboflavin, 0.022 mg Niacin, 0.39 mg Asam Pantothenic, 0.144 mg Vitamin B-6, 0.038 mg Folate, 4.3 mcg Vitamin B-12, 0 mcg Vitamin A, IU, 0 IU Vitamin A, RE, 0 mcg_RE |
Lemak
Asam
lemak jenuh, saturated, 0.002 g
16:0, 0.001 g 18:0, 0 g Asam lemak tak jenuh, monounsaturated, 0.004 g 18:1, 0.004 g Asam lemak tak jenuh, polyunsaturated, 0.009 g 18:2, 0.009 g Kolesterol, 0 mg |
Asam
Amino
Tryptophan,
0.003 g
Threonine, 0.017 g Isoleucine, 0.032 g Leucine, 0.035 g Lysine, 0.02 g Methionine, 0.004 g Phenylalanine, 0.014 g Valine, 0.026 g Arginine, 0.014 g Histidine, 0.004 g |
Dari data tersebut terlihat bahwa labu kuning merupakan
sumber vitamin A dengan kandungan β-karoten yang sangat tinggi, yaitu 180.00 SI
atau sekitar 1.000-1.300 IU/100 gr bahan. Di samping itu juga mengandung
vitamin B dan C serta zat gizi lanilla seperti karbohidrat, protein, dan
beberapa mineral yang meliputi kalsium, fosfor, dan zat besi.
C.
Tepung Labu Kuning
Labu kuning mempunyai kandungan
karbohidrat yang cukup tinggi sehingga berpotensi untuk diolah menjadi tepung
labu kuning. Tepung labu kuning adalah tepung dengan butiran halus, lolos
ayakan 60 mesh, berwarna putih kekuningan, berbau khas labu kuning, dengan
kadar air ± 13 %. Kondisi fisik tepung labu kuning ini sangat dipengaruhi oleh
kondisi bahan dasar dan suhu pengeringan yang digunakan. Semakin tua labu
kuning, semakin tinggi kandungan gulanya. Oleh karena kandungan gula labu
kuning yang tinggi ini, apabila suhu yang digunakan pada proses pengeringan
terlalu tinggi, tepung yang dihasilkan akan menggumpal dan berbau karamel.
Kualitas tepung labu kuning ditentukan oleh komponen
penyusunnya yang akan menentukan sifat fungsional adonan maupun produk tepung
yang dihasilkan serta suspensinya dalam air. Komponen tersebut antara lain
adalah protein, karbohidrat, lemak, dan enzim. Protein tepung labu kuning
mengandung protein jenis gluten yang
cukup tinggi sehingga mampu membentuk jaringan tiga dimensi yang kohesif dan
elastis. Sifat ini akan sangat berfungsi pada pengembangan volume roti dan
produk makanan lain yang memerlukan pengembangan volume.
Karbohidrat
tepung labu kuning juga cukup tinggi. Karbohidrat ini sangat berperan dalam
pembuatan adonan pati. Granula pati akan melekat pada protein selama pembuatan
adonan. Kelekatan antara granula pati dan protein akan menimbulkan kontinuitas
struktur adonan. Adonan pati tersebut akan mampu menahan air walaupun air yang
tersedia terbatas dan hanya terjadi gelatinisasi sebagian. Granula cukup
fleksibel untuk memanjangkan gluten. Selain itu, meskipun kadungan lemak labu
kuning tidak terlalu kuning, namun bersama dengan gluten akan mampu membentuk
adonan.
Adapun enzim yang terkandung dalam tepung labu
kuning adalah Amylase, Protease, Lipase,
dan Oksidase. Enzim Amylase akan menghidrolisis pati menjadi Maltosa dan
Dekstrin, sedangkan enzim Protease berperan dalam pemecahan protein sehingga
akan mempengaruhi elastisitas gluten. Penambahan ragi dalam tepung labu kuning
akan menghasilkan Maltase dan Sukrose yang akan menghidrolisis Maltosa dan
Glukosa menjadi monosakarida seperti Glukose dan Fruktosa, selanjutnya dipecah
menjadi alkohol dan CO2 yang berfungsi dalam pengembangan volume
roti.
Tepung labu kuning mempunyai kualitas tepung yang
baik karena mempunyai sifat gelatinisasi yang baik, sehingga dengan demikian
dapat membentuk adonan dengan konsistensi, kekenyalan, viskositas, maupun
elastisitas yang baik, sehingga roti yang dihasilkan akan berkualitas baik
pula. Daya simpan tepung labu kuning relatif lama, tetapi karena tepung labu
kuning sangat higroskopis (mudah menyerap air / uap air), maka penyimpanannya
harus dilakukan dengan dengan baik agar udara dan sinar tidak dapat menembus
wadah. Adapun jenis pengemas yang sering digunakan untuk mengemas tepung labu
kuning adalah plasik yang dilapisi alumunium foil. Bila penyimpanannya
dilakukan ditempat yang kering, maka tepung labu kuning dapat tahan dalam
penyimpanan selama dua bulan.
D.
Pemanfaatan Labu Kuning
Tepung labu kuning dapat dimanfaatkan sebagai
substitusi penggunaan tepung dalam cake, roti kering, kudapan, ataupun lauk
pauk. Selain itu, tepung labu kuning ini juga dapat dimanfaatkan dalam formula
makanan bayi, karena kandungan pro-vitamin A-nya yang tinggi.
E. Pengajuan Hipotesis
a. Labu dapat diolah menjadi tepung
b. Labu tidak dapat
dibuat tepung
c. Labu dapat dijadikan
sumber pangan alternatif
d. Labu tidak dapat
dijadikan sumber pangan alternatif
e. Labu dapat digunakan
untuk pembuatan berbagai macam kulinari
f. Labu tidak dapat
digunakan untuk pembuatan berbagai macam kulinari.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen
laboratorium. Sampel labu hanya satu terdiri dari 5 labu kuning dengan berat
berat yang bervariasi. Berat labu dipilih bervariasi dengan harapan dapat
mewakili sebagai sampel dari jenis labu tersebut. Penelitian ini berlangsung
selama satu bulan dilakukan di rumah dan laboratorium sekolah. Secara rinci
tentang alat bahan dan langkah kerja penelitian dapat dipaparkan pada bab ini.
A. Alat dan
Bahan
1.
Alat-alat Yang digunakan dalam penelitian :
a.
Pisau
b.
Panci
c.
Tempayan
d. Ayakan
tepung
e. Ember
f. Alat
penggiling tepung
g.
Plastik
h.
Timbangan
2.
Bahan Yang digunakan
a. Labu kuning
b. Air untuk mencuci
B. Rancangan
Penelitian dan Langkah Kerja
Penelitian
ini merupakan eksperimen laboratorium untuk membuat tepung dari bahan baku labu
kuning, sehingga rancangan penelitian merupakan urutan langkah kerja eksperimen
yang dilakukan. Secara lengkap langkah kerja penelitian yang dilakukan sebagai
berikut :
1. Pemotongan dan Pencucian
Labu kuning yang memenuhi
syarat dan sudah dipilih dipotong-potong membujur
terlebih dahulu menjadi ± 8 potong. Kemudian, dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran
yang melekat pada kulit buahnya. Pencucian dilakukan hingga kulit
labu kuning benar-benar bersih.
2. Pengupasan
Labu kuning yang telah dicuci
selanjutnya dihilangkan biji dan serabutnya, serta
dikupas kulitnya sampai bersih.
3. Pengecilan Ukuran
Labu kuning yang dikupas kulitnya dipotong-potong tipis
dan kecil dengan tujuan untuk
mempercepat proses pengeringan.
4. Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan tenaga surya ( penjemuran )
ataupun dengan alat pengering ( oven ). Apabila menggunakan tenaga surya,
pengeringan labu kuning dilakukan selama 4 –
6 hari ( tergantung pada cuaca ), sementara apabila menggunakan oven,
dilakukan dengan suhu 500 C selama 48 jam.
5. Penggilingan
Potongan labu kuning hasil
pengeringan dapat segera digiling atau dihancurkan
dengan menggunakan blender kering ataupun alat penggiling tepung yang lain. Penggilingan dilakukan
hingga labu kuning kering tersebut hancur
menjadi bubuk ( tepung ).
6. Pengayakan
Tepung labu kuning hasil
penghancuran kemudian diayak dengan saringan berukuran
lubang 60 mesh. Tepung yang lolos ayakan ditampung dalam tempat tersendiri, sementara yang tidak
dapat lolos ayakan dapat digiling lagi
hingga akhirnya dapat lolos ayakan. Usahakan sesedikit mungkin tepung labu kuning yang tersisa ( tidak
lolos ayakan ).
7. Pemanfaatan
Setelah selesai diayak, tepung siap diolah menjadi aneka ragam makanan. Seperti
misalnya makanan bayi, bubur balita, roti tawar, roti manis keju, cake, ayam
goreng tepung labu kuning, biterballen, bakwan jagung, dll.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.
Data dan Analisis Data
PERCOBAAN
|
BERAT
AWAL (gr)
|
BERAT
TEPUNG (gr)
|
PENYUSUTAN
(gr)
|
PROSENTASE
(%)
|
Labu 1
|
7550
|
1420
|
6130
|
18,81
|
Labu 2
|
6500
|
122 0
|
5200
|
18,77
|
Labu 3
|
7250
|
1460
|
5790
|
20,14
|
Labu 4
|
5680
|
1080
|
4600
|
19,14
|
Labu 5
|
6300
|
1170
|
5130
|
18,57
|
JUMLAH
|
33280
|
6350
|
26850
|
19,09
|
B.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan data hasil percobaan, maka dapat dijelaskan sebgai berikut :
- Percobaan 1 berat awal labu 7550 gr (7,55 kg) setelah diproses dihasilkan tepung 1420 gr (1,42 kg) atau 18,81 % dari berat awal. Terjadi penyusutan berat 6130 gr.
- Percobaan 2 berat awal labu 6500 gr (6,5 kg) setelah diproses dihasilkan tepung 1220 gr (1,22 kg) atau 18,77 % dari berat awal. Terjadi penyusutan berat 5200 gr.
- Percobaan 3 berat awal labu 7250 gr (7,25 kg) setelah diproses dihasilkan tepung 1460 gr (1,46 kg) atau 20,14 % dari berat awal. Terjadi penyusutan berat 5790 gr.
- Percobaan 4 berat awal labu 5680 gr (5,68 kg) setelah diproses dihasilkan tepung 1080 gr (1,08 kg) atau 19,44 % dari berat awal. Terjadi penyusutan berat 4600 gr.
- Percobaan 5 berat awal labu 6300 gr (6,3 kg) setelah diproses dihasilkan tepung 1170 gr (1,17 kg) atau 18,57 % dari berat awal. Terjadi penyusutan berat 5130 gr.
Jika
dirata-rata tepung labu yang dihasilkan dapat mencapai 19,09 % dari berat awal labu.
Jika harga labu saat ini
sekitar Rp. 8.00,- per kilogram, maka dapat diperkirakan harga jual tepung labu
kuning per kilogramnya. Contoh hasil percobaan 1 berat labu 7550 gr (7,55 kg)
harganya 7,55 X Rp.8.00, = Rp 6.040. Padahal dari 7,55 kg labu dihasilkan
tepung 1,42 kg ( 18,81 %). Jika kita mengambil keuntungan 20 % maka dari 1,42 kg tepung labu
dapat kita jual kg Rp. 6.040,- ditambah 20% X 6.040 = Rp. 1.208,- . Sehingga
harga 1,42 kg tepung bisa dijual
dengan harga Rp. 7.248, maka per-kilogram tepung harganya sekitar Rp. 5.104,- jika dibulatkan maka harga tepung
labu perkilogram dapat dijual Rp.
5.100,- dengan asumsi keuntungan 20 %.
Berdasarkan analisis data
tersebut, maka pebuatan tepung labu kuning sebagai bahan makanan
alternatif sangat prospek dan
mendatangkan keuntungan yang cukup menjanjikan. Tepung labu yang dihasilkan
dapat di buat berbagai alternatif makanan seperti kue, bubur, makanan kering atau jenis lain.
Berdasar analisis data hasil
penelitian maka beberapa hipotesa yang diajukan, dapat di jawab sebagai
berikut.
a.
Labu dapat diolah
menjadi tepung dapat diterima.
b.
Labu tidak dapat dibuat tepung tidak dapat diterima
c.
Labu dapat dijadikan sumber pangan alternatif dapat diterima
d.
Labu tidak dapat dijadikan sumber pangan
alternatif tidak dapat diterima
e. Labu dapat digunakan
untuk pembuatan berbagai macam kulinari dapat
diterima
f.
Labu tidak dapat digunakan untuk pembuatan berbagai
macam kulinari tidak dapat diterima .
Untuk tindak lanjut penelitian maka perlu dilakukan percobaan penelitian
lanjutan, sehingga dapat dtemukan jenis labu mana yang paling layak untuk
dijadikan sebagai bahan tepung alternatif.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
- Berdasarkan kajian pustaka yang telah hasil penelitian yang telah ada maka, kandungan gizi yang terkandung dalam buah labu kuning sudah dapat diketahui, sehingga dapat diketahui manfaatnya secara pasti.
- Buah Labu Kuning dapat digunakan sebagai salah satu alternatif bahan pangan baru yang murah.
- Buah labu kuning dapat dibuat menjadi tepung dengan menghasilkan tepung sekitar 19,09 %
- Tepung Labu Kuning dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku berbagai macam makanan ; kue, bubur dan jenis makanan yang lain.
B. Saran
- saran
1. Diadakan sosialisasi pemanfaatan
tepung labu agar dapat dimanfaatkan dan dinikmati oleh masyarakat luas.
2. Masih banyak manfaat dari buah
labu kuning yang belum diketahui oleh
banyak orang, sehingga penelitian tentang labu kuning dapat dikembangkan lebih
lanjut oleh pemerintah maupun swasta.
3. Untuk menciptakan jenis makanan
baru dengan bahan baku tepung labu, maka perlu diadakan lomba memasak dengan
bahan baku tepung labu.
4. Perlu dilakukan budidaya tanaman Labu dalam sekala industri oleh
pemerintah maupun swasta, sehingga tanaman labu tidak sekedar sebagai tanaman
sampingan saat musim kemarau tetapi tanaman budidaya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 1990. Daftar Komposisi Bahan Makanan.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. Bhratara, Indonesia.
Gembong Tjitrosoepomo, 1993. Taksonomi
Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Oey Kam Nio, 1992. Daftar
Analisis Bahan Makanan. Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta
Tranggono, Sutaradi, Haryadi, Agnes
Murdiati, Slamet Sudarmadji, Kapti Rahayu, Sri Naruki, Mary Astuti, 1990. Bahan
Tambahan Pangan (Food Additives). PAU Pangan dan Gizi. UGM, Yogyakarta.
Yudo-Sudarto,1993. Budi
Daya Waluh. Kanisius,
Yogyakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)