Sabtu, 23 Agustus 2014

Gadis Penulis DIARY



Kisah Seorang 'Gadis Penulis Diary' yang 'Mendunia' Setelah Tewas Kesepian di Kamp Pembuangan
"Aku ditakdirkan menulis...."
Anne Frank.

Seandainya Anne Frank masih hidup ketika buku diarynya ditemukan dan diterbitkan ke seluruh dunia, gadis remaja ini pasti akan sempat merasakan kebahagiaan dan ketenaran seperti umumnya remaja sukses. Namun sayang, Anne Frank mati muda, kelaparan di sebuat tempat pembuangan yang amat mengerikan. Buku Diary-nya yang ditemukan dibekas tempat persembunyiannya mengungkap isi hati, ketakutan dan impian Anne Frank yang membuatnya abadi sebagai seorang pengisah terbesar sepanjang masa.


Anne Frank mulai menulis catatan harian sejak usia 13 tahun (12 Juni 1942) dan terakhir kali menulis bulan Agustus 1944. Pada saat ini negara yang dia tinggali (Belanda) sedang dalam suasana kacau dan krisis yang luar biasa. Krisis ini disebabkan oleh Penguasa besar Jerman yang bernama Hitler mengeluarkan perintah untuk membunuh ras Yahudi dimanapun dia berada; tua-muda, laki-perempuan Yahudi diburu oleh tentara Nazi dan dibantai secara massal yang oleh sejarah dikenal sebagai tragedi Holocaus.

Belanda pada satu sisi masih menjajah Indonesia, namun pada sisi yang lain negara Kincir Angin ini sedang di invasi oleh Hitler yang terkenal keras dan kejam. Tentara Nazi menguasai Belanda kala itu, mengumpulkan orang-orang keturunan Yahudi lalu dibasmi dengan peluru, gas beracun atau tanpa diberi makan-minum.

Anne Frank dan keluarganya adalah keturunan Yahudi, terpaksa bersembunyi di sebuah loteng rumah yang mereka sebut Secret Annex. Di loteng rahasia inilah mereka bertahan cukup lama, dan Anne Frank mengisi lembaran-lembaran diarinya dengan segala ungkapan rasa, impian, harapan dan juga teror yang dialaminya.

Bagi Anne, menulis bisa memberikan rasa nyaman baginya, bisa memberikan semangat untuk tetap tabah dalam hidupnya yang keras. Diary yang dalam versi terjemahan ini tebalnya 410 halaman berisi semua tulisan Anne Frank, yang luar biasanya dia tulis pada usia remaja, namun kata-katanya menyentuh hati, cerdas dan penuh empati.

"Kertas memiliki kesabaran yang lebih ketimbang manusia." Tulisnya. Pada lembaran lainnya, di antara deru pesawat tempur Jerman dan suara tembakan samar-samar dari kejauhan, dia juga menulis, "...saat aku menulis, aku dapat meluruhkan seluruh deritaku. Ketakutanku lenyap, gairah hidupku bangkit kembali!... Aku berharap, semoga bisa, oh, aku sangat berharap, hanya dengan menulis aku dapat merekam segalanya, seluruh pikiran, ide dan fantasiku."

Meski tampak lugu namun dengan cerdas dia menggugat suasana yang mereka alami, "Apakah tujuan dari perang itu? Mengapa, oh, mengapa orang tidak bisa hidup bersama-sama dengan damai?
Mengapa Inggris memiliki pabrik pesawat dan bom yang lebih besar dan lebih baik pada waktu yang sama merusak rumah-rumah baru untuk dibangun kembali? Mengapa jutaan uang dihabiskan untuk perang setiap hari, sementara tidak sepeserpun dimanfaatkan untuk ilmu medis, seniman atau kaum miskin? 
Anne juga menulis dalam kritik yang penuh empati dan cocok dengan kenyataan jaman itu,
"....Mengapa banyak orang harus mati kelaparan sementara bergunung-gunung makanan membusuk di belahan dunia lain? Oh, mengapa orang begitu kehilangan akal?"

Pada hari lainnya juga di menulis "Aku sering sedih meski tidak pernah putus asa." yang menunjukkan ketabahannya padahal masih seorang usia belasan. "..Setiap hari aku berpikir, betapa ini adalah petualangan yang sangat mempesona dan menyenangkan! Dengan itu, mengapa aku tenggelam dalam keputusasaan?"
--------
PADA suatu pagi yang cerah, 4 Agustus 1944 sebuah mobil berhenti di depan sebuah rumah nomor 263. Beberapa orang berpakaian lengkap militer bersenjata menggerebek isi rumah itu dan menahan 8 orang yang bersembunyi di dalamnya termasuk seorang gadis remaja. Harta mereka dirampas kecuali sebuah buku diary yang dibiarkan tercecer di lantai, yang kelak akan menjadi salah satu buku yang paling banyak dibaca di dunia.

Delapan penghuni yang bersembunyi di Secret Annex akhirnya berpisah. Ada yang dibawa ke penjara Amsterdam, kamp Amersfoort Holland, kamp Auschwitz Polandia dan ada juga yang akhirnya bebas selamat setelah melakukan kerja paksa.

Sementara Anne Frank setelah dipindahkan ke kamp pembuangan Auschwitz dipindahkan lagi di kamp pembuangan dekat Hannover Jerman. Di sinilah Anne Frank sudah tidak sanggup lagi menahan sakit dan lapar. Diperkirakan dia meninggal pada bulan Februari-Maret 1945, mayatnya dibuang ke "pemakaman umum" Bergen-Belsen, kamp maut ini berhasil dibebaskan tentara Inggris pada bulan April 1945.

Setelah perang usia dan hidup kembali damai, orang menemukan diari Anne Frank yang tercecer di sebuah rumah bekas tempat persembunyian. Pemerintahpun turun tangan mengamankan 'dokumentasi' bersejarah yang ditulis semasa sulit itu. Di kemudian hari, buku diary itu diterbitkan, di baca dimana-mana dan diterjemahkan dalam ratusan bahasa di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Anne Frank pun di nobatkan sebagai seorang Pengisah Terbesar Sepanjang Masa.

Hanya sayangnya, Anne Frank tidak bisa menikmati semua kekayaan dan kemasyhuran yang layaknya dia dapatkan karena sudah mati muda dengan tragis. Seandainya dia masih hidup ketika diarynya dibukukan Anne pasti sudah menjadi miliuner yang terkenal.

Anne Frank hanya bisa 'menyaksikannya' dari jauh, dari tempat yang sunyi dan abadi.....

Catatan:
Kita bisa mengambil pelajaran dari kisah Anne Frank, bahwa menulis itu penting dan berguna. Tidak hanya untuk mengisi waktu luang dan menyalurkan minat tetapi juga bisa 'merekam' isi pikiran dan kisah hidup kita sehingga kita akan selalu eksis (ada) meskipun nanti kita sudah tiada... Anne Frank sudah memberikan contoh betapa dalam situasi apapun yang mencekam masih bisa merangkai kata, membangun optimisme, move on sehingga tidak mati konyol karena frustasi dan putus asa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar