Kisah Seorang 'Gadis Penulis Diary' yang
'Mendunia' Setelah Tewas Kesepian di Kamp Pembuangan
"Aku ditakdirkan menulis...."
Anne Frank.
Seandainya Anne Frank masih hidup ketika buku diarynya ditemukan dan diterbitkan ke seluruh dunia, gadis remaja ini pasti akan sempat merasakan kebahagiaan dan ketenaran seperti umumnya remaja sukses. Namun sayang, Anne Frank mati muda, kelaparan di sebuat tempat pembuangan yang amat mengerikan. Buku Diary-nya yang ditemukan dibekas tempat persembunyiannya mengungkap isi hati, ketakutan dan impian Anne Frank yang membuatnya abadi sebagai seorang pengisah terbesar sepanjang masa.
Anne
Frank mulai menulis catatan harian sejak usia 13 tahun (12 Juni 1942) dan
terakhir kali menulis bulan Agustus 1944. Pada saat ini negara yang dia
tinggali (Belanda) sedang dalam suasana kacau dan krisis yang luar biasa.
Krisis ini disebabkan oleh Penguasa besar Jerman yang bernama Hitler mengeluarkan
perintah untuk membunuh ras Yahudi dimanapun dia berada; tua-muda,
laki-perempuan Yahudi diburu oleh tentara Nazi dan dibantai secara massal yang
oleh sejarah dikenal sebagai tragedi Holocaus.
Belanda
pada satu sisi masih menjajah Indonesia, namun pada sisi yang lain negara
Kincir Angin ini sedang di invasi oleh Hitler yang terkenal keras dan kejam.
Tentara Nazi menguasai Belanda kala itu, mengumpulkan orang-orang keturunan
Yahudi lalu dibasmi dengan peluru, gas beracun atau tanpa diberi makan-minum.
Anne
Frank dan keluarganya adalah keturunan Yahudi, terpaksa bersembunyi di sebuah
loteng rumah yang mereka sebut Secret Annex. Di loteng rahasia inilah mereka
bertahan cukup lama, dan Anne Frank mengisi lembaran-lembaran diarinya dengan
segala ungkapan rasa, impian, harapan dan juga teror yang dialaminya.
Bagi
Anne, menulis bisa memberikan rasa nyaman baginya, bisa memberikan semangat
untuk tetap tabah dalam hidupnya yang keras. Diary yang dalam versi terjemahan
ini tebalnya 410 halaman berisi semua tulisan Anne Frank, yang luar biasanya
dia tulis pada usia remaja, namun kata-katanya menyentuh hati, cerdas dan penuh
empati.
"Kertas
memiliki kesabaran yang lebih ketimbang manusia." Tulisnya. Pada lembaran
lainnya, di antara deru pesawat tempur Jerman dan suara tembakan samar-samar
dari kejauhan, dia juga menulis, "...saat aku menulis, aku dapat
meluruhkan seluruh deritaku. Ketakutanku lenyap, gairah hidupku bangkit
kembali!... Aku berharap, semoga bisa, oh, aku sangat berharap, hanya dengan
menulis aku dapat merekam segalanya, seluruh pikiran, ide dan fantasiku."
Meski
tampak lugu namun dengan cerdas dia menggugat suasana yang mereka alami,
"Apakah tujuan dari perang itu? Mengapa, oh, mengapa orang tidak bisa
hidup bersama-sama dengan damai?
Mengapa
Inggris memiliki pabrik pesawat dan bom yang lebih besar dan lebih baik pada
waktu yang sama merusak rumah-rumah baru untuk dibangun kembali? Mengapa jutaan
uang dihabiskan untuk perang setiap hari, sementara tidak sepeserpun
dimanfaatkan untuk ilmu medis, seniman atau kaum miskin?
Anne
juga menulis dalam kritik yang penuh empati dan cocok dengan kenyataan jaman
itu,
"....Mengapa
banyak orang harus mati kelaparan sementara bergunung-gunung makanan membusuk
di belahan dunia lain? Oh, mengapa orang begitu kehilangan akal?"
Pada
hari lainnya juga di menulis "Aku sering sedih meski tidak pernah putus
asa." yang menunjukkan ketabahannya padahal masih seorang usia belasan.
"..Setiap hari aku berpikir, betapa ini adalah petualangan yang sangat
mempesona dan menyenangkan! Dengan itu, mengapa aku tenggelam dalam
keputusasaan?"
--------
PADA
suatu pagi yang cerah, 4 Agustus 1944 sebuah mobil berhenti di depan sebuah
rumah nomor 263. Beberapa orang berpakaian lengkap militer bersenjata
menggerebek isi rumah itu dan menahan 8 orang yang bersembunyi di dalamnya
termasuk seorang gadis remaja. Harta mereka dirampas kecuali sebuah buku diary
yang dibiarkan tercecer di lantai, yang kelak akan menjadi salah satu buku yang
paling banyak dibaca di dunia.
Delapan
penghuni yang bersembunyi di Secret Annex akhirnya berpisah. Ada yang dibawa ke
penjara Amsterdam, kamp Amersfoort Holland, kamp Auschwitz Polandia dan ada
juga yang akhirnya bebas selamat setelah melakukan kerja paksa.
Sementara
Anne Frank setelah dipindahkan ke kamp pembuangan Auschwitz dipindahkan lagi di
kamp pembuangan dekat Hannover Jerman. Di sinilah Anne Frank sudah tidak
sanggup lagi menahan sakit dan lapar. Diperkirakan dia meninggal pada bulan
Februari-Maret 1945, mayatnya dibuang ke "pemakaman umum" Bergen-Belsen,
kamp maut ini berhasil dibebaskan tentara Inggris pada bulan April 1945.
Setelah
perang usia dan hidup kembali damai, orang menemukan diari Anne Frank yang
tercecer di sebuah rumah bekas tempat persembunyian. Pemerintahpun turun tangan
mengamankan 'dokumentasi' bersejarah yang ditulis semasa sulit itu. Di kemudian
hari, buku diary itu diterbitkan, di baca dimana-mana dan diterjemahkan dalam
ratusan bahasa di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Anne Frank pun di
nobatkan sebagai seorang Pengisah Terbesar Sepanjang Masa.
Hanya
sayangnya, Anne Frank tidak bisa menikmati semua kekayaan dan kemasyhuran yang
layaknya dia dapatkan karena sudah mati muda dengan tragis. Seandainya dia
masih hidup ketika diarynya dibukukan Anne pasti sudah menjadi miliuner yang terkenal.
Anne
Frank hanya bisa 'menyaksikannya' dari jauh, dari tempat yang sunyi dan
abadi.....
Catatan:
Kita bisa mengambil pelajaran dari kisah Anne Frank, bahwa menulis itu penting dan berguna. Tidak hanya untuk mengisi waktu luang dan menyalurkan minat tetapi juga bisa 'merekam' isi pikiran dan kisah hidup kita sehingga kita akan selalu eksis (ada) meskipun nanti kita sudah tiada... Anne Frank sudah memberikan contoh betapa dalam situasi apapun yang mencekam masih bisa merangkai kata, membangun optimisme, move on sehingga tidak mati konyol karena frustasi dan putus asa.
Catatan:
Kita bisa mengambil pelajaran dari kisah Anne Frank, bahwa menulis itu penting dan berguna. Tidak hanya untuk mengisi waktu luang dan menyalurkan minat tetapi juga bisa 'merekam' isi pikiran dan kisah hidup kita sehingga kita akan selalu eksis (ada) meskipun nanti kita sudah tiada... Anne Frank sudah memberikan contoh betapa dalam situasi apapun yang mencekam masih bisa merangkai kata, membangun optimisme, move on sehingga tidak mati konyol karena frustasi dan putus asa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar